Level 2: Melatih Kemandirian Day #3
Berapa lama saya akan hidup
mendampingi anak saya? memikirkannya selalu membuat saya takut.
(Mama Ibnu, 2015)
Bagi saya, Ibnu selalu special.
Dia adalah amanah Allah sekaligus tiket suami dan saya untuk masuk surga.
Berikhtiar menjadikannya anak sholih adalah kewajiban kami sebagai orang tua.
Kami harap, kelak dia akan selalu merapalkan nama kami dalam doanya yang
kemudian menjadi salah satu faktor mengantarkan kami ke dalam surga.
Menjadikannya pribadi mandiri
ternyata bisa ditanamkan sejak dini. Saya melibatkan Ibnu dalam kegiatan domestik.
Membereskan rumah, memasak, mencuci sandal, mencuci motor bahkan melipat
pakaian. Meski usianya belum genap
satu tahun, saya membawanya serta saat mengucek pakaian di kamar mandi, saat
memasak di dapur, membiarkannya mencabuti daun-daun di taman saat saya menyapu
halaman.
Mengenai hasilnya, saya tak
pernah mengharapkan apapun. Dia mau terlibat dengan perasaan riang bahkan kini dia memiliki inisiatif
sendiri untuk turut serta ---- pun sudah
membuat hati ini senang.
Kalau dipikir-pikir, seminggu ini emosi saya sudah
mulai terkendali. Saya tidak semeledak-meledak dulu. Mungkin hasil dari
komunikasi produktif yang masih saya terapkan. Atau mungkin karena tuntutan pekerjaan yang semakin besar
mendekati deadline dan saya sudah sangat lelah ingin menyerah. Setidaknya saya
terlalu lemah untuk meluapkan amarah.
Kegiatan memasak bersama
Di Manado saya kesulitan memasak
sayur. Pilihan sayurnya tidak banyak. Jamur, bucis bayi, labu kecil, Pok coy favorit saya tak saya
temukan selama tinggal di Manado. Alhasil saya sehari-hari memasak kangkung
atau bayam. Yang merasa sangat senang adalah Ibnu. Karena dia jadi bisa memotong
batang-batang sayur ini setiap hari.
1 Week 1 Skill: Menggunakan
alat potong
Selain pisau, benda tajam yang bisa dipakai oleh ibnu adalah
gunting. Dia dengan senang hati menggunting kertas-kertas yang mama sediakan.
Untungnya Ibnu anak sholih yang terbiasa pakai wadah. Hasil gunting kertas yang
kecil-kecil itu dia wadahi pakai mangkuk. Alhamdulillah, senang sekali dia
dengan skill barunya. Saya perkenalka
Ibnu dengan gunting untuk anak dibawah 3 tahun yang saya beli di gramedia bulan
lalu. Tapi nyatanya Ibnu tidak menyukainya. Dia lebih memilih gunting milik
saya. mungkin alasannya karena gunting anak tidak cukup tajam. Hal ini cukup
membuat saya waspada setiap kali Ibnu ingin memotong kertas. Bagaimana pun
gunting tetaplah alat potong. Beberapa kali saya menyaksikan ibnu mengacungkan
gunting ke arah kaki, atau bahkan rambut. Saya harus selalu siap dengan
komando: “jangan bergerak” yang membuat Ibnu diam mematung. “Ibnu! letakkan
guntingnya!” Ibnu seperti biasa menurut.
“Tadi Inu pegang gunting yang berbahaya ya, Ma?”
Aku mengangguk mengiyakan. “Ibnu harus hati-hati kalau pegang alat potong
ya.”
“Siap!” katanya sambil lanjut memotong kertas.
“Berapa lama saya akan hidup mendampingi anak saya?”
Mama Ibnu - 2019 akan menjawab, “saya tak peduli, saya akan mempersiapkan
anak saya sholih dan mandiri sejak sekarang juga.”
Comments
Post a Comment
Free to speak up is still under circumstances, no violence