Movie of the month: Wrack It Ralph




Tau apa yang paling aku suka dari film animasi? Ceritanya yang ringan tapi penuh dengan pesan moral. Kali ini ada Wrack It Ralph yang terpilih menjadi animasi nomor 1 versi-ku selama 3 bulan pertama tahun ini.

Wrack It Ralph adalah cerita tentang pemeran antagonis dalam sebuah permainan arcade yang menginginkan diperlakukan seperti layaknya ‘good guy’ karena diapun adalah bagian dari permainan. Tapi tak ada seorangpun dari permainannya yang mau berteman dengan Ralph. Ralph dianggap sebagai seorang yang kriminal yang keberadaannya sangatlah dihindari.

Saat itu adalah anniversary game “Fix It Felix”, game dimana Ralph berperan sebagai ‘bad guy’ penghancur bagunan. Semua masyarakat ‘Fix It Felix’ diundang untuk menghadiri pesta ulang tahun itu, termasuk beberapa tokoh game lainnya seperti ‘Mario’ dari Mario Bross, dan ‘Pack Man’ the cherry chaser. Semua orang diundang, hanya satu orang yang menjadi bagian dari permainan itu sendiri yang tak diundang – dan tidak diinginkan untuk datang: RALPH.

Film ini mengisahkan bagaimana Ralph berjuang untuk diakui sebagai ‘good guy’ yang memiliki banyak teman, tinggal bersama ‘nice lander’, dan juga mendapatkan ‘Hero of Medal’. Sebuah perjalanan 1 malam yang singkat dan penuh makna bagi Ralph memahami perannya sebagai bad guy dalam game “Fix It Felix”
Personally,

All this time I believe in one thing: ‘I am is the protagonist actress in my own life’

Setelah melihat film ini, ada sedikit pemahaman yang berbeda tentang bagaimana aku memandang karakter protagonist dan antagonist.

Kehidupan ini ga melulu dibagi menjadi black and white.
Akhir-akhir ini aku menyadari, sometimes eyes are deceiving. What you see is not the whole truth.
Pernah mendengar: Dont judge a book from its cover?
It is really a cliche statement. Old school.
But it is.

Untuk memutuskan apakan buku itu ‘layak’ untuk dibeli dan dibaca, luangkanlah sedikit waktu untuk membaca lebih seksama brief summary yang biasanya ada di bagian bekalang buku. Sejujurnya itu tak cukup, jika ada yang memberikan komentar mengenai buku itu dari para ahlinya, maka tambahkan waktu sedikit lebih lama untuk membacanya. Bila perlu, tambahkan lagi waktu untuk membaca konten bukunya, ucapan terima kasihnya, daftar isinya dan barulah memutuskan, apakah kamu akan membelinya.

Sama seperti dalam kisah Ralph.
Tak ada yang menyukai Ralph karena dia adalah si pemarah penghancur bangunan. Tak ada yang mau berteman dengan Ralph karena dia adalah si ‘bad guy’ musuh pada nice lander. Tak ada yang memperdulikan Ralph karena dia si jahat yang tinggal di ‘dumping place’. Semua orang seolah tak menginginkan keberadaan Ralph dalam hidup mereka. Padahal, ketika Ralph benar-benar jengah mendapatkan perlakuan yang seperti itu, orang-orang yang berperan menjadi ‘good guy’ pada akhirnya hanya menjadi pemeran tidak penting dalam game itu. Saat Ralph tidak ada, tak ada yang menghancurkan tempat tinggal nicelander. Karena Ralph tidak ada, tak ada kerusakan yang harus dibereskan oleh Felix. Ketidakberadaan Ralph dalam game membuat Game itu disegel, karena dianggap sudah tua dan rusak.

Buruk tak semuanya buruk, baik tak benar-benar baik.
Salah besar jika menganggap pemeran jahat dalam game tidak memiliki peran yang sama pentingnya dengan si pemeran baik.

Sama halnya dalam kehidupan nyata,
Tak melulu orang jahat melakukan kejahatan itu murni sebagai keinginannya, bisa karena tidak sengaja, terpaksa, atau bahkan dipaksa untuk melakukannya.

Satu hal yang aku ambil dari Wreck It Ralph sebagai pelajaran: Life is one game a day. Lakukan peranmu dnegann baik dan lakukan yang terbaik. karena menjadi orang yang 'buruk', tak membuatmu benar-benar menjadi orang yang buruk. (please watch this movie to get clear explanation about the last statement).

Comments

Popular Posts