Level 1: Komunikasi Produktif Day #6

Saya masih saja bergelut dengan mengendalikan emosi. ini akan menjadi proses yang panjang bagi saya. semoga saya bisa mendapatkan hasil yang baik seperti yang saya cita-citakan. Mendapati diri yang masih berkubang di masalah yang sama ini membuat saya sedih sekaligus was-was, apakah saya bisa merubah diri saya sebelum semuanya menjadi terlambat bagi anak saya?

Hari ini saya masih berusaha menetapi metode-metode demi tercapainya komunikasi produktif.

Mengatakan Keinginan
sebisa mungkin saya tidak banyak melarang. alih-alih bilang "jangan buang sampah sembarangan", saya bilang, "buang sampah ke tempat sampah". Atau alih alih bilang "jangan coret-coret tembok", saya bilang, "menggambarnya di buku, yaaaa". karena metode ini sudah saya praktikan sejak lama, saya sudah terbiasa dengan cara ini

Mengganti Nasihat dengan Refleksi Pengalaman
Bisa dibilang, ini adalah masa-masa ketika saya bisa sukses mempraktikan mengganti nasihat dengan refleksi pengalaman. Bahkan ketika saya cerita bahwa, Ibnu adalah doa Mama yang dikabulkan oleh Allah, Ibnu jadi suka sekali berdoa. Berdoa supaya pekerjaan mama cepat selesai, berdoa supaya mama tidak marah-marah dan senang bermain dengan Ibnu (huhuhu, sedih banget waktu denger ibnu doa begini)

Menunjukkan Empati
Untuk yang satu ini sebetulnya Ibnu udah punya dan tinggi banget. Ini adalah satu hal yang justru saya pelajari dari anak saya. Saya lebih banyak memeluk Ibnu ketika dia sedih (karena mainan atau makanannya diminta oleh teman-temannya). Meminta maaf saat ternyata saya kelepasan marah, dan menyadari bahwa anak saya menjadi sedih karenanya. Sebisa mungkin saya memahami perasaan anak saya

Ganti Perintah dengan Pilihan
Dalam bulan-bulan pemeriksaan seperti ini, saya sepertinya lebih banyak kurang sabar. kalau  begini lebih seringa kurang kreatif dengan membuat pilihan perintah.

Observasi
Anak saya bisa duduk tenang dengan berbekal pulpen dan kertas. Jadi ketika saya sedang menyelesaikan beberapa pekerjaan di rumah, saya memberi dia buku sketch dan pulpen. Hasilnya tak disangka sangat menakjubkan bagi saya. Ibnu menggambarkan papanya, saya dan dirinya yang membeli eskrim saat pergi naik kereta. Mama yang memakai rok, dan papa yang berkumis sementara dirinya yang berukuran lebih kecil daripada kami berdua. penjelasan ini saya dapatkan ketika saya menggunakan metode obeservasi kepada dia.

"Ibnu menggambar apa ini?"
"Ini adalah Inu, Mama dan Papa di stasiun --- Tapi beli eskrim"
"Oooh, ini waktu kita di Depok, ya?"
"Iyaaa, kita kan suka ke stasiun untuk naik kereta. kita juga suka makan eskrim disana."


#hari6
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang

Comments

Popular Posts