Level 1: Komunikasi Produktif Day #5
Mengelola emosi itu ternyata ga bisa diubah dalam waktu semalam. Butuh waktu yang panjang, dan dilakukan dengan intens. Salah satu goals saya dalam komunikasi produktif ini adalah mengelola emosi yang kemudian bisa berlanjut ke peningkatan kualitas komunikasi.
Mengendalikan Emosi
Saat bangun tidur, saya memantrai diri saya sendiri: kendalikan emosimu. Saya mengusap kening anak saya sambil saya berdoa agar kami rukun, kompak, mampu bekerja sama dengan baik.
Hari ini saya masih kepancing emosi karena Ibnu merengek-rengek pinjam HP saya. Tapi kemudian sambil mengetikkan ini saya merenung, bisa jadi Ibnu meminjam HP saya sambil merengek karena saya tidak segera memberikannya pinjam. Lain kali jika anak meminta sesuatu atau meminjam sesuatu, saya akan segera memberikannya. Jika tidak bisa segera memberikannya, saya memberikan tenggat waktu yg sesuai (sebisa mungkin tidak lama) dan menetapinya. Setidaknya cara itu akan membuat anak saya tidak menggunakan jurus merengek yg sangat tidak saya suka.
Keep Information Short and Simple
Yang saya suka dengan metode KISS ini adalah saya sudah bisa menerapkannya. Saya bisa mengakui setidaknya untuk diri saya sendiri bahwa saya sukses menerapkan metode ini. Saya sudah mengaplikasikannya sejak 2017. Durasi yg panjang dan selalu diterapkan bisa jadi salah satu kunci saya bisa sukses (terbiasa) menggunakan KISS.
Intonasi Suara
Saya masih mencoba mengatur diri untuk menggunakan Intonasi Suara yang ramah. Rasa-rasanya ini sulit. Apalagi jika saya harus mengunakan ini untuk menghadapi anak-anak yang mulai berlaku barbar di rumah. Masih jadi PR besar saya untuk membiasakannya.
Satu hal yang membuat saya makin memaksakan diri untuk menggunakannya adalah ketika ada pertanyaan Ibnu, "mama ga marah?" Rupa-rupanya intonasi suara saya selalu diidentikkan dengan marah-marah.
Ganti Kata “Tidak Bisa” Menjadi “Bisa”
Saya masih selalu menoleransi Ibnu yang mengaku "tidak bisa" mengerjakan hal-hal yang sebenarnya bisa dia kerjakan. Sejujurnya saat dia tidak bisa adalah momen saya membersamai dia. Tapi saya tidak mau membuatnya terlena. Jadi setiap kali dia bilang tidak bisa, saya bilang, "Ibnu bisa, Ibnu pernah coba sebelumnya. Yuk kita lakukan lagi, bersama-sama."
Jelas dalam Memberikan Pujian dan Kritikan
Kelanjutan dari metode "ganti kata 'tidak bisa'" adalah jelas dalam memberikan pujian. Saya dengan senang hati memuji setiap achievement anak, setiap hal baik, setiap hal yang bermakna.
Saya memuji ibnu karena tidak mengompol, memuji karena mengingatkan saya untuk sarapan, memuji karena sudah bantu saya panaskan motor dll. Hal ini membuat dia merasa berharga.
Mengganti Nasihat dengan Refleksi Pengalaman
Mengulang-ngulang cerita pengalaman saat saya kecil membuat Ibnu punya pilihan-pilihan dalam hidupnya. Seperti, dia mau sikat gigi karena dia tidak mau sakit gigi seperti saya; atau Ibnu mau dipakaikan perban saat lututnya terluka karena saya punya luka di lutut dan saat terluka dulu saya menggunakan perban.
#hari5
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
Comments
Post a Comment
Free to speak up is still under circumstances, no violence