Level 1 Komunikasi Produktif (Aliran Rasa)

Kembali mengikuti Kelas Bunda Sayang setelah sebelumnya cuti karena saya harus mengikuti diklat CPNS selama 1 tahun membuat saya senang sekaligus resah. Senang karena saya akan mendapatkan ilmu yang saya butuhkan sebagai ibu untuk menunaikan kewajiban menjaga amanah Allah; resah karena saya tidak yakin dapat menunaikan tugas yang diberikan dengan maksimal. Setelah dilantik menjadi PNS, tugas saya sebagai abdi negara sangat berat dan mempengaruhi hajat hidup banyak orang. Saya dituntut untuk bekerja dengan tepat dan hal ini membuat saya kesulitan untuk mengerjakan tugas-tugas saya di kelas Bunda Sayang.

Materi Komunikasi Produktif kali ini benar-benar memaksa diri saya berkomitmen. Selain komitmen untuk menerapkannya, saya dipaksa untuk komitmen mengerjakan tugas-tugasnya yang jujur saja realisasi pengumpulan tugas sangat jauh dari ‘baik’. Saya mungkin tidak akan mendapatkan banyak badge ‘ciamik’ di kelas bunda sayang. Saya tidak pasang target itu karena saya sadar diri, tugas ranah publik saya termasuk kategori urgent. Tapi saya tahu apa yang harus saya dapatkan di level 1 komunikasi produktif ini: saya harus bisa mengelola emosi.

Akibat tekanan pekerjaan, saya mudah sekali marah-marah.

Pekerjaan kantor selalu saya bawa ke rumah, alasannya agar saya bisa mengerjakannya dengan tetap mendampingi anak. Tapi apakah dengan demikian keduanya bisa saya dapatkan? Ternyata tidak. Pekerjaan saya sama sekali tidak bisa dikerjakan sambil mendampingi anak usia 3 tahun yang senang kegiatan fisik sekaligus senang melibatkan orang-orang disekitarnya untuk beraktifitas dengan dia. Hal ini membuat saya emosi.

Gara-gara ini pula, penerapan komunikasi produktif terancam gagal.

Tapi bukankah setiap kesulitan selalu ada jalan keluar?

Jalan keluarnya sudah saya miliki sejak awal, dan keberhasilannya tergantung komitmen yang saya miliki. KOMUNIKASI PRODUKTIF – Mengelola Emosi.

Saya kunci mulut saya untuk mengatakan hal-hal dengan nada tinggi atau pun hal-hal yang bisa menyakitkan. Saya ucapkan berkali kali lataghdob walakal jannah. Prosesnya tidak sebentar. Butuh berhari-hari untuk menjadikannya kebiasaan. Berkali-kali bocor dan saya segera tambal. Pada akhirnya, suatu malam saya dan anak saya berjanji (kelingking) bahwa kami tidak lagi marah-marahan. Kami tidak mau kalah dengan setan.

Hingga hari saya menuliskan aliran rasa ini, saya masih mencoba mengendalikan emosi. Selalu mencoba menerapkan komunikasi produktif 

#AliranRasaKomunikasiProduktif
#GameLevel1
#Tantangan10Hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBundaSayang 



Comments

Popular Posts