Level 1: Komunikasi Produktif
Tantangan
komunikasi produktif adalah game yang pernah saya ikuti di tahun 2017. Jadi
tantangan ini sudah familiar bagi saya. Tapi, bukan berarti tantangan untuk
berkomunikasi produktif ini jadi perkara mudah. Menerapkan dan membiasakan
kaidah 7 – 38 – 55 tidaklah sederhana. “Mood sewaktu” sering kali menjadi
kendala bagi saya dalam melaksanakan metode ini.
Kali ini, hari
pertama saya mendokumentasikan kembali penerapan komunikasi produktif. Masih dalam
minggu-minggu pemeriksaan, tingkat stress saya sedang tinggi. Saya terlampau
lelah untuk menghadapi rengekan anak bayi yang meminta jatah bermain bersama
saya. disini emosi dan kewarasan saya diuji. Saya ingat nasihat bunda-bunda di
kelas Bunda Sayang bilang, laa taghdob
walakal jannah jangan marah niscaya bagimu surga.
Saya coba untuk
bertahan, membuang semua emosi.
Tapi tadi saya
kalah.
Saya marah.
Tangisan bayi pun pecah.
Saya terduduk lesu.
Seharusnya malam ini bisa berlalu dengan baik. Saya turut menangis.
Tak saya sangka
anak saya menghampiri dengan takut-takut. “Maa, maafkan Inu.”
Hati saya hancur
berkeping-keping. “Mama juga minta maaf sama Ibnu. Mama salah sudah kalah pada
marah.”
Kami menangis
sambil berpelukan.
Malam ini saya tidak bisa mengendalikan emosi saya. Ini salah satu hambatan dalam melaksanakan komunikasi produktif. Tapi setidaknya saya akan ingat perasaan terpukul ini. Saya harap tidak akan terulang lagi
Malam ini saya tidak bisa mengendalikan emosi saya. Ini salah satu hambatan dalam melaksanakan komunikasi produktif. Tapi setidaknya saya akan ingat perasaan terpukul ini. Saya harap tidak akan terulang lagi
#hari1
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
Comments
Post a Comment
Free to speak up is still under circumstances, no violence