Gaya Belajar (Aliran Rasa)
Saya harus mengakui, selama saya mengikuti kelas Bunda Sayang saya
belum bisa menuliskannya dengan baik.Semuanya saya tulis secara
serampangan, hanya kulitnya saja. Bahkan di materi-materi menarik
sekalipun saya tidak bisa menggali isi kepala saya dan menuangkannya
dalam bentuk tulisan.
Materi gaya belajar yang
seyogyanya saya lakukan bersama dengan anak akhirnya saya alihkan
bersama suami. Namun di tengah perjalanan hal itupun tidak berhasil.
akhirnya saya putuskan untuk mengamati gaya belajar diri saya sendiri.
yang
menarik adalah kenyataan bahwa kita ternyata butuh waktu untuk mengenal
diri sendiri. Hal ini biasanya tidak menjadi prioritas karena dianggap
tidak penting, atau terkadang kita menganggap paling tahu untuk urusan
'dirinya'.
Akhirnya saya seperti orang Indonesia
kebanyakan, tetap bersyukur meski tidak mencapai hasil yang diharapkan.
saya bersyukur, meski saya tidak jadi melibatkan anak saya dalam
tantangan mencari tahu gaya belajar yang paling sesuai dengan dirinya;
meski kembali gagal melibatkan orang terkasih dalam tantangan yang sama;
setidaknya saya berhasil mengetahui gaya belajar yang paling sesuai
dengan diri saya.
sebagai anak 'visual', saya akhirnya
mengerti mengapa saya suka mendadak 'budeg' jika harus menerima
telefon, atau 'mendadak budeg' jika berbincang saat bermotor, atau
bahkan 'bego' untuk urusan menguping. semua itu adalah normal, sudah
menjadi bawaan yang tidak perlu saya tutupi dengan berpura-pura punya
daya dengar sebaik anak 'auditory'.
untuk
selanjutnya, di kesempatan lain. saya harap saya bisa mengobservasi gaya
belajar anak saya juga suami saya demi kebaikan kami bersama.#gayabelajar
#aliranrasa
#KuliahBundSayIIP
Comments
Post a Comment
Free to speak up is still under circumstances, no violence