Komunikasi Produktif (Day #2)



Anak toodler itu tingkahnya ajaib-ajaib. Bikin mama selalu takjub.

Saya kerap menghadapi kerepotan dalam menghadapi Inu ini ketika dia bilang "enggak mau".

Dia emang lagi di masa belajar 'menolak'. Saya berusaha menghormati dan menghargai keinginannya. Tapi tentu ada batas-batasnya.

Kemarin itu menjelang magrib, Inu masih ingin main di luar rumah bareng anak-anak yg masih seru main di sekitaran rumah. terpaksa saya keluarkan jurus "memaksa" bin "tega". Biar aja menangis juga. 

Kali ini strategi saya adalah menggunakan rumus 7-38-55 (keberhasilan komunikasi lewat kata-kata, intonasi dan bahasa tubuh adalah 7-38-55).

Abah-nini yg lihat incu ngamuk-ngamuk gitu mah luluh lah. Ngambil tindakan 'nurutin apa yang anak mau'. 

Eits, tidak bisa.

Mama masih belum kehilangan kendali.

Peluk anaknya. Bisikin di telinganya, "Inu, maafkan mamah memaksa Inu ya. Ini sudah malam, sudah gelap di luar" sambil elus-elus punggungnya. "Malam itu untuk istirahat. Waktunya Inu tidur di rumah".

Inu mendengarkan apa yang mama bilang. Tapi begitu mama selesai bicara dia mulai nangis kencang lagi. Teriaknya dekat telinga mama pula. Duuh...

"Inu masih ingin main dengan teman-teman ya? Mainnya besok pagi yaa, nanti mama temani di luar"

Inu genggam kerudung saya kencang sekali. Mungkin dia merasa kesal dilarang-larang seperti ini.

"Inu marah ya pada mama?" 

Ga disangka Inu jawab, "iya marah".

"Di dada ini rasanya sesak ya?"

Lagi-lagi Inu mengiyakan. Dia memeluk makin erat sambil menegelamkan wajahnya di leher mama. 

"Mama elus-elus ya sambil baca "a'u dzubillahiminasyaiton nirrojim"

Berulang-ulang saya lafalkan ta'awudz, cukup jelas sampai ke telinganya sambil elus-elus dada dan punggungnya bergantian.

Alhamdulillah lebih tenang nangisnya. 

Setelah itu, ditawari makan jeruk, Inu ceria lagi. Dunia persilatan aman terkendali.


#hari2
#gamelevel2
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip juga. 

Comments

Popular Posts