Komunikasi Produktif (Day #1)



Game di kelas Bunda Sayang ini tentang komunikasi produktif. 

Tantangan ini saya terima dengan baik. Lagi pula komunikasi ini penting sekali. Ini adalah kemampuan dasar dari manusia untuk berinteraksi dengan yang lainnya.

Di game kali ini, partner saya adalaaaaahhh "Inu the dudukuy boy".
Mau ajak S tapi ada banyak hal yang pasti harus saya  sensor. Jadi biarlah praktek sama S saya lakukan dibalik layar saja. Tak perlu dilaporkan sebagai jawaban dari tantangan ibu profesional.

Lagipula, Inu ini super lah buat saya. "Pinteeeeer", "sholeeeeeeh"... Sampai saat ini Inu memenuhi semua doa dan harapan saya sebagai ibu dan temannya.

Di mata saya dia pandai dan menggemaskan. Di usianya sekarang kemampuannya sesuai dengan yang guideline di KMS (Kartu Menuju Sehat). Tak perlu saya bandingkan dia dengan anak lain, sodara, tetangga. Anak-anak kan hebat dengan caranya masing-masing.

Sebagai cerita si "sholehun" saya ini punya hobi masak. Kalau di dapur, Inu paling gesit lah ngupas bawang (bagian yg paling keringnya aja) dan motong-motong batang bayam, kangkung, atau tempe (pakai pisau plastik). Kadang hasil kerjaan Inu, suka dia masukan ke ceret air, di tuang ke tiap wadah yg bisa dia jangkau di dapur. Naaah kira-kira sebagai ibu yang sibuk, yang jam kerjanya padat, dan load nya juga banyak kalau kejebak di situasi kayak gini apa enggak meledak?

Kalau seringnya saya stress sendiri, hari ini saya praktek mengontrol diri. Turunkan emosi, biarkan nalar yang merajai hati

Peureum wae sama kegiatan Inu, selama positif, memenuhi naluri eksplorasi usianya & tidak bahaya. Sediakan lap biar lantai tidak licin biar hati tenang juga.

Kegiatan hari ini lebih menekankan 'kontak mata'. Biar anak 'ngeh' kalau sedang diajak bicara. Biar tahu juga apa yang sedang lawan bicaranya katakan. 

Sesekali dipause kegiatan saya, sempatkan tanya barang 10-30 detik. Tidak lama lah. Tanya, "Inu sedang apa?" Tanya sambil menatap matanya. Kalau Inu tidak menatap kembali mata saya, saya sentuh bahunya, bila perlu saya arahkan wajahnya agar menghadap wajah saya.

Biasanya dijawab pendek, "memasak".

Lalu saya tanggapi lagi, "Alhamdulillah, anak mama senang memasak"

Berikan juga sentuhan magis ala ibu, mengusap punggungnya.

Maha Suci Allah. Proses masak kalau begini tidak pakai bumbu amarah. Hati tenang rasanya. 

Jika masakan sudah matang. Kita tinggalkan dapur bersama. Lalu tutup pintunya. Kekacauan di dalam sana tidak akan terlihat untuk sementara. Dunia persilatan aman berkat upaya perbaikan mutu percakapan.





#hari1
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip juga. 

Comments

Popular Posts