Balada Malam Minggu: Sulit yang mampu ditanggung

Mathilda: "Is life always this hard, or is it just when you're a kid?" 
Leon: "Always like this".

Ini potongan dialog 'The Professional' yang saya comot dari sini. Blognya sendiri dipilih berdasarkan popularitas Google. Film yang mungkin akan saya tonton setelah sekilas membaca referensinya.
By the way, dialog itu, saya rasa ada benarnya.

Hidup selalu saja sulit. Saat kanak-kanak dulu, ujian olahraga selalu membuat saya mual. Berlari lebih cepat dari teman-teman saya itu sungguh sulit. Les di hari Sabtu pun berat. Mengerjakan extras dari Ibu Rina itu beban. Belum lagi jika harus mengerjakannya berlipat akibat sanksi lala-lili. Saat remajapun masih berat. Olahraga masih saja menyiksa, terlebih berolahraga menggenakan jilbab. Ah, kenyataan bahwa saya belum lancar membaca Al-Quran pun menjadi kesulitan yang besar bagi saya. Sudah dewasa, sulit mendapat pekerjaan, sulit mendapatkan tempat tinggal dll. Hingga kini, sudah berkeluarga, memiliki seorang anak, saya Kira hidup akan lebih mudah namun nyatanya masih saja ada yang sulit. Yes, 'always like this'.

Kalau dipikir-pikir, apapun pilihan dalam hidup, ya yang sulitnya pasti selalu saja ada. Jadi, jikalau mau ambil pilihan, landasan berfikirnya bukan mencari yang mudah karena menghindari Cara lain yang sulit, melainkan ambil pilihan yang benar -- yang konsekuensi sulit (Di masa depannya) masih bisa ditanggung sendiri.

Seperti ini misalnya, masalah: tidak punya penghasilan, tapi baru saja mendapat tanah warisan.
Pilihan yang mudah adalah tetap tinggal bersama orang tua, lalu jual harta warisan sedikit demi sedikit. Paling mungkin kesulitannya adalah menemukan pembeli dari barang yang akan dijual. Namun bagaimana jika pilih ini -- mengelola warisan orang tua. Dengan cara bercocok tanam misalnya. Kesulitannya adalah jadi petani itu tidak mudah, capek, kulit yang menghitam tersengat matahari. Tapi dari dua pilihan itu konsekuensi mana yang bisa kamu tanggung pada akhirnya?

Comments

Popular Posts