Sore bersama Syifa

Sore itu matahari sudah hampir terbenam diantara gedung-gedung tinggi pencakar langit. Aku berjalan di tepi menghindari beberapa kendaraan yang tak henti hilir mudik sore itu. Lelakiku kemudian berjalan bergegas meninggalkanku. Sepertinya dia tidak sabar ingin segera merebahkan tubuhnya untuk beristirahat.

Sementara dia sudah sampai di pagar, langkah kakiku terhenti oleh sapaan cempreng manusia dengan tinggi kurang dari satu meter. Dia menatapku dengan mata berbinar dan senyuman lebar memamerkan dua gigi susu nya yang menghitam diserang manis.

"Hai kamu!" Katanya pendek dengan nada melengking.

"Hallo Syifa... kamu sudah mandi sore?"

"Belum! Itu siapa?" Tanyanya dengan nada heran. Syifa sepertinya jarang melihatku berjalan berdua dengan S. Ya, karena aku biasa bersama S disaat pagi-pagi sekali (aku yakin Syifa masih tidur), dan malam-malam saat pulang kantor (tentu Syifa tidak akan berkeliaran malam-malam).

"Coba kamu tanya dia! Kenalan aja!"

Syifa tersenyum namun menggelenhkan kepalanya. Aku rasa dia malu untuk menghampiri S dan berkenalan dengannya.  "Dia teman kamu ya?" Tanyanya lagi.

Aku tertawa mendengarnya. "Bukan, dia Suamiku"

"Oh suami. Suami apa?"

Pertanyaan ajaib. Aku harap aku bisa menjawabnya.

Comments

Popular Posts