Balada Malam Minggu: None of Your Business

Kelakuan teman-temanku memang selalu memberiku inspirasi untuk menulis. Kali ini yang akan aku tuliskan adalah sesuatu yang "BUKAN URUSANMU"

Saat sahabat lama kembali bersua, ada banyak hal yang menjadi topik pembicaraan, mulai dari rasa rindu, sampai kenangan masa lalu. Dan tentu saja update dari orang-orang masa lalu itu menjadi salah satu topik yang cukup seru untuk dibahas karenaaaa --- people love talking behind one's back.

Lalu mulailah komentar-komentar judgement meluncur; 'itu namanya egois', 'dia emang ga pengertian', 'itu kan salah, harusnya ga boleh begitu', dsb. Itu sih biasa,  rata-rata orang ngelakuin hal itu pas kongkow ngobrol-ngobrol macam ini, tapi ada satu orang yang dengan santainya cuma nanggepin komentar-komentar itu sambil senyam-senyum dan ketika dia punya kesempatan bicara dia dengan santainya bilang, 'udah deeeeeeh, ngapain sih ngomongin ginian? Ini bukan urusan kita.'

Saluteeeeee.

Aku angkat gelas buat komentarnya yang satu itu. Karena berdasarkan pengamatanku, dulu dia adalah motor-rumpi-nya kita.

Saat kita tinggal berdua, (aku nunggu suamiku jemput, dan dia nunggu taksi pesanannya datang, sedangkan yang lain udah pada ngilang), aku kembali bahas 'bukan urusan - kita' yang tadi.

Kira-kira begini penjelasan dia atas kalimat 'bukan urusan kita'

Apapun keputusan dia saat itu, yg kita anggap 'egois', bisa jadi adalah keputusan paling wise yang dia punya. Kita cuma third parties yang ga tau kondisinya, ga tau kendalanya, ga tau banyak hal detail dari masalahnya. Jadi apa hak kita menghakimi tindakan dia?

Lain halnya jika kita menjadi orang yang dia mintai tolong, dia mintai nasehat, atau setidaknya hanya untuk dimintai mendengarkan isi hatinya. Disana kita punya kapasitas untuk memberikan tanggapan. Karena kita dengan keserbatahuan itu sebagai pihak netral yang bisa berfikir lebih jernih, bisa mengambil keputusan dengan kepala dingin. Dan meskipun demikian, tetap saja, kita tak punya hak untuk membicarakan dia; dibelakang punggungnya, terlebih kita adalah teman-temannya, orang yang pernah dekat dengannya.

Pemikiran yg baik.

Tapi aku sedikit tergelitik dengan fakta kita tak melulu membicarakan seseorang untuk bergunjing, terkadang kita membicarakan seseorang untuk membantunya.

Dan dia kembali tersenyum. Tentu saja itu boleh dilakukan. Dan itulah yang teman lakukan. Tapi tadi, kita hanya membicarakan dia dengan kalimat penghakiman, mengatakan apa yang seharusnya dia lakukan tapi aku yakin tak ada satupun diantara kita yg tahu pasti ada masalah apa, atau bahkan menanyakan masalahnya padaorang yang bersangkutan.

Obrolan kami berlanjut dengan cerita lainnya yang dia bacakan dari pesan berantai yang dia dapatkan dari grup whatsapp:


  1. Saudara laki2nya bertanya saat kunjungan seminggu setelah ia melahirkan : " hadiah apa yang diberikan suamimu setelah engkau melahirkan ? " ... " tidak ada " jawabnya pendek ... saudara laki2 nya berkata lagi : " masa sih ... apa engkau tidak berharga disisinya ?? aku bahkan sering memberi hadiah istriku walau tanpa alasan yang istimewa " .... siang itu ... ketika suaminya lelah pulang dari kantor menemukan istrinya merajuk dirumah ... keduanya lalu terlibat pertengkaran ... sebulan kemudian ... antara suami istri ini terjadi perceraian ... dari mana sumber masalah ??? kalimat sederhana yang diucapkan saudara laki2 sang istri ....
  2. Saat arisan seorang ibu bertanya : " rumahmu ini apa tidak terlalu sempit ?? bukankah anak2 mu banyak ?? " ... rumah yang tadinya terasa lapang sejak saat itu mulai dirasa sempit oleh penghuninya ... ketenangan pun hilang saat keluarga ini mulai terbelit hutang kala mencoba membeli rumah besar dengan cara kredit ke bank. 
  3. Seorang teman bertanya : '' berapa gajimu sebulan kerja di toko si fulan ?? " ... ia menjawab : " 1 juta rupiah " ... " cuma 1 juta rupiah ... sedikit sekali ia menghargai keringatmu .. apa cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupmu ?? " ... sejak saat itu ia jadi membenci pekerjaannya .. ia lalu meminta kenaikan gaji pada pemilik toko ... pemilik toko menolak dan mem PHK nya .... kini ia malah tidak berpenghasilan dan jadi pengangguran ...
hweeew, cerita itu terlampau ekstrim memang. Kita berdua hanya bisa saling menatap sambil menggelengkan kepala.

"none of your business, darl ---- none of them is your business"

Comments

Popular Posts