Catch

Aku berani bersumpah bahwa yang aku lihat saat ini adalah kamu. Kau terlihat lebih tinggi dari yang aku ingat, kulitmu lebih gelap, bentuk badanmu lebih tegap, tapi rambut yang kemerahan di bawah sinar matahari itu meyakinkanku bahwa itu adalah kamu.

Atau bukan?

Tren saat ini adalah men cat rambutnya. Tetap terlihat hitam saat normal dan baru terlihat semburat warnanya tatkala terpapar sinar. Tapi aku yakin itu rambutmu. Aku masih mengingat setiap detik ketika kau merebahkan kepalamu di pangkuanku dan aku senang mengelus rambutmu. Aku bahkan masih bisa merasakan halusnya di telapak tanganku.

"Nay, you forget your phone again!"

Aku menolehkan kepalaku ke arah sumber suara. Ku lihat Navid mengacung-acungkan smartphone ku di atas kepalanya. Tapi aku kembali memalingkan wajah, berharap saat aku menatap kursi tempatmu tadi duduk, aku masih bisa melihatmu disana.

Itu kamu, bukan?

Tapi kursi itu sudah kosong. Orang disana lenyap dalam hitungan detik.

"Nay?"

Navid kembali meminta perhatianku. Tapi aku tak peduli. Pandanganku kini menyapu seluruh ruangan, masih berharap bahwa aku melihatmu. Bahwa kamu ada di sini. Di kota ini.

Pintu cafe seketika terbuka, menggoyangkan bel yang dipasang diatasnya. Angin musim semi menyeruak masuk. Lalu aku mencium aromamu. Hugo Boss.

Aku menolehkan kepalaku ke sebelah kanan. Aku melihatmu berdiri di depan counter.

"Nay, are you okay?"

Navid sudah berdiri di dekatku. Dia masih menggenggam smartphone ku.

"You're look so tense"

Aku menggelengkan kepalaku, membantah anggapan Navid atas sikapku saat ini. Aku kembali mengalihkan pandanganku ke arah counter, tempatmu berdiri.

Dan kau pun sedang memandangiku.

Kau menyunggingkan senyuman khas mu dengan sudut kanan bibir lebih tinggi dibandingkan sudut lainnya. Sambil menggelengkan kepala kau berjalan ke arahku.

"Nayla, aku tak percaya kita bisa bertemu disini"

Aku masih belum bisa berkata-kata. Sepertinya Hugo Boss mu telah memenuhi saluran pernafasanku hingga aku tak bisa menggetarkan pita suaraku.

"Dan kau selalu tampak cantik, seperti biasa"

Aku kembali melihat matanya yang berwarna coklat menatap kedua mataku. Mata yang selalu dapat membuat jantungku berdetak lebih kencang. Mata yang memenjarakanku kedalam pesonanya.

Jangan lupa bernafas Nayla!

Kau melingkarkan kedua lenganmu dipinggangku. Aku bisa merasakan dada bidangmu dan hangat pelukmu setelah lima tahun kau pergi dariku.

"Aku merindukanmu, Nay"

Comments

  1. Replies
    1. hahaha, I've just got an idea to link this story to the previous one which has same figure (Nayla, do you still remember?). Even it is still not over yet, but I'll finish it in 2 parts .. hahaha, wait ya vaaaan

      Delete

Post a Comment

Free to speak up is still under circumstances, no violence

Popular Posts