25 kelabu

Ini bukan tentang kamu yang mulai mengacuhkan aku, bukan tentang aku dengan penyakit cuek seperti batu. Ini tentang kita mulai diam saling bisu disaat kita bertemu. Apa kau sudah mulai jemu, inginkan suatu yang baru? Aku tak tahu, kau tak pernah beri tahu. Mungkinkah aku terlampau acuh hingga tak bisa membaca apa isi hatimu, atau mungkin aku terlampau tuli untuk mendengarkan apa yang kau mau?

Pemandangan dari lantai 27 ini memang selalu memanjakan mata dengan pendar lingkaran-lingkaran cahaya dari kendaraan yang merayap, mengekor, tak jelas dimana ujungnya berada. Kita berdua berdiri di tepi gedung, menggenggam erat pagar besi, menjaga tubuh yang terasa limbung karena  hempasan angin malam.

Masih membisu. Entah karena kita sibuk dengan isi kepala masing-masing, ataukah kita mulai menyukai situasi seperti ini? Kulirik sepintas, rahangmu kokoh, kaku; pandangan matamu jauh ke horizon yang gelap, kosong; Sepertinya kau tahu sesuatu, tapi kau hanya diam saja. Aku hanya menarik nafas dalam. Tak suka melihatmu yang seperti itu. Aku bisa merasakan belaian lembut angin malam pada kulitku yang buatku bergidik. Satu-satunya alasanku untuk tetap sadar.

Sunyi dan dingin.

Kombinasi yang lengkap bagi tubuh lelahku untuk segera beristirahat dibalik selimut dan kasur yang empuk. Tapi 'waktu kita' belum mengijinkan untuk pergi meninggalkan tempat ini. Masih ada status yang menggantung minta untuk dijelaskan. Ada hati yang minta pengertian dari tingkah polah yang selama ini mulai tak mengenakan.

Biasanya malam seperti ini, malam-malam sebelumnya di tempat ini, berlalu dengan hal yang romantis. Bisikan mesra di telinga, bunga mawar merah yang muncul dari balik punggungnya atau uluran tangannya yang mengajakku berdansa atas simfoni yang dimainkan dalam kepala.

"Aku harap kau bisa jelaskan apa yang terjadi diantara kita" kataku memulai pembicaraan ini langsung pada intinya, tanpa memandangi matanya dan terus menatap pendar lingkar cahaya di bawah sana

"Jemu"

Satu kata yang membuat jantungku seperti meluncur ke dasar perut. sebuah jawaban sederhana yang melenyapkan oksigen dari udara, membuat paruparuku menciut, ciptakan sesak di dada. Sunyi di antara kita lalu hanya diisi oleh suara angin malam yang semakin kencang.

"Aku rasa kita berdua belum bisa mengerti satu sama lain hingga akhirnya hubungan kita membosankan"

"Lalu bagaimana dengan rencana-rencana kita di tahun depan?"

"Itu semua kamu yang merencanakan, sedangkan aku tidak"

Aku terdiam, kembali bungkam meski ada ratusan pertanyaan 'mengapa' yang membutuhkan jawabannya. Tapi aku tak mau menanyakannya, takut akan jawaban yang bisa saja membunuhku.

Angin malam bertiup semakin kencang.

"Aku tak ingin kita putus, ini hanya --- break. Kita perlu awaktu untuk mendalami lagi perasaan masing-masing untuk akhirnya kita mulai pikirkan hal yang serius."

Aku masih saja diam,  masih terus memperhatikan titik titik merah yang memadati jalan tol dibawah sana. Dia mencoba menjelaskan apa yang ada di dalam kepalanya sambil menatap aku yang tak mampu menatapnya kembali.

"Aku harus kembali ke tempatku, masih banyak pekerjaan yang menunggu jangan terlalu lama ada disini, kau bisa terkena flu nanti" 

Sedari tadi mataku terasa panas, pandanganku kini menjadi kabur. Dengan menahan isak, susah payah menjaga agar suaraku tak bergetar, aku berujar, "pergilah, aku masih ingin disini"

Aku bisa merasakan dia menatapku lalu mendekatiku. Tangan kanannya meraih kepalaku lalu mencium puncaknya.Air mataku buncah seiring langkahnya meninggalkanku di sini, sendiri.

****

"Dia meninggalkanku di rooftop Menara Bank Mega tempat kami berdua bekerja. Malam itu aku berulang tahun yang ke 25, dia mungkin lupa dan parahnya malah membuat luka. Saat itu aku masih berharap bahwa dingin sikapnya di minggu-minggu sebelumnya hanya akting buruknya untuk buat kejutan spesial di hari bahagia, terlebih dia mengajakku ke tempat kesukaan kami, atap gedung Menara Bank Mega. Masih ada secuil harapan di dada bahwa kami baikbaik saja, bahwa semua ini hanya usahanya untuk ciptakan momen tak terlupa. Ternyata..." 

Comments

Popular Posts