Pengecut

Memendam perasaan, tak berani ungkapkan apa yang ada dalam pikiran, hanya bisa melarang-larang dalam kedok perhatian, semua itu tak berguna --- sampah! Jangan salahkan aku jika aku lebih memilih orang lain yang jauh lebih berani menyatakan perasaannya kepadaku, ketimbang kamu yang takut-takut!

Kamu selalu saja menunggu kode dariku. Selalu berharap aku yang memulainya lebih dulu. Menunggu status di facebook-ku: 'Lapar, ingin makan sea-food malam ini' baru kamu mengajakku makan denganmu. Atau menungguku men-tweet: 'berharap diculik saja malam ini dari lembur yang menyiksa' baru kau menawarkan diri menjadi supir taksi pribadi yang mau mengantarkan aku ke tempat manapun yang aku mau.

Ah, diam lah kamu! Tak perlu menceramahiku tentang keburukan laki-laki yang kini ada disampingku. Kalau kau memang sayang padaku, mengapa kau tidak mengatakannya dari dulu? Tak perlu katakan padaku kalau dia terlalu muda dan kekanak-kanakan, atau mengatakan kalau aku pantas mendapatkan orang yang lebih baik darinya. Ya, kalaupun memang demikian, maka seharusnya aku dengan siapa saat ini? Dengan kamu? Jangan terlalu banyak bergurau! Kau bahkan tak berani akui perasaanmu padaku, untuk apa aku memilihmu? Apa aku harus menyatakan perasaanku kepadamu terlebih dahulu? Tidak, tentu saja tidak! Itu bukan bagianku, itu tugasmu!

Benar memang tentang emansipasi yang selalu digembar-gemborkan dewasa ini. Tapi untukku, pernyataan cinta bukanlah bagian yang harus wanita lakukan. Jika memang dia suka, maka dia akan memberikan signal bahwa dia juga suka. Para wanita yang perasa memang senang menyiksa dirinya dengan memendam rasa suka. Jadi jangan salahkan aku yang menyukaimu tapi tak mau ungkapkannya lebih dulu.

Sudahlah, aku tak mau lagi mengurusimu, tak mau memikirkanmu. Aku akan mulai belajar menyukai anak kecil pemberani yang selalu mencoba membuatku jatuh cinta padanya setiap hari.

aku yang lelah menantimu

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Comments

Popular Posts