Reunion

Perasaan macam apa ini? Jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya saat aku melihat gapura bertuliskan 'Selamat Datang'. Apa karena aku sudah terlalu lama meninggalkan kota ini? Entahlah. Aku tak tahu jawaban pastinya. Tapi yang pasti, aku tidak merasa risih dengan excitement yang tiba-tiba meroket dan siap meledakkan dadaku ini.

Aku begitu mengenal kota ini, seluk-beluknya, orang-orangnya.

Tapi itu dulu, 6 tahun yang lalu, sebelum aku memutuskan untuk melanjutkan pendidikanku ke Prancis.

Aku tak menyangka, kota kecilku telah berubah banyak. Aku melihat ada gedung baru di sini. Dulu, tak ada gedung yang tingginya lebih dari tiga lantai. Aku bahkan mendengar bahwa disini sudah ada taman kota, Water Boom, dan bioskop, What kind of enjoyment is that? I had to take fourty-minutes just to reach a cinema with three-theatres in it. This town had a great metamorphosis.

Aku memperlambat kecepatan mobilku. Takut-takut aku melewatkan belokan yang seharusnya aku ambil. Dengan sisa-sisa ingatan masa lalu, aku harus berusaha mengenali bangunan-bangunan baru di tepi jalan. Bangunan-bangunan ini cukup membingungkanku yang harus segera tiba di sekolah menengahku. Temboknya dibuat tinggi, sangat berbeda dengan yang aku ingat. Tapi untungnya ketika mobil yang aku tumpangi berhenti di parkiran sekolah, aku merasa homey. Pohon Beringin yang rindang, pagar tanaman yang hijau, bunga-bunga yang bermekaran, papan nama yang sudah lapuk tak ada satupun yang berubah. Masih tetap sama dengan apa yang tersisa dalam ingatanku. 

Aku memarkirkan mobilku di sisi sebuah sedan berwarna merah marun. Saat aku keluar dan menjejaki aspal parkiran aku benar-benar serasa terhipnotis ke masa lalu.

"Apa kita bisa menjadi lebih dari sekedar teman?"

Aku tersenyum sendiri mendengar sebuah suara yang bergema dalam otakku.

"Tatap mataku dan berikan aku jawabannya"

Sungguh suara itu terdengar begitu nyata.

"Vigar, kau kah itu?" sebuah suara menyadarkan aku dari kenangan-kenangan lama yang terjadi di tempat itu. Seorang teman lama, Ludy, datang menyapaku lalu memeluk tubuhku dengan erat.

"Ludyy, It's nice to see you! You're prettier now. A grown up sexy lady!"

Ludy tertawa memamerkan gigi putihnya. "Kamu juga keliatannya makin cantik! Musim apa disana?"

"Musim Duren!" jawabku asal. Ludy tertawa keras mendengarnya.

Aku sangat beruntung bisa menyelesaikan pendidikannku tahun ini sehingga bisa pulang dan bisa menghadiri reuni angkatan. Pasti sangat menyenangkan bisa kembali bertemu dengan teman-teman menggila bersama dimasa SMA dulu.

"Ayo masuk, semua orang sudah datang dan acaranya sudah dimulai dari tadi" Kata Ludy sambil menggiringku masuk kedalam gedung sekolah.

"Oh God. It has changed! Where's our fountain?"

Ludy menggelengkan kepalanya. "Air mancur itu udah ga ada lagi" ucapnya sambil menatap nanar sebuah kolam dimana air mancur itu dulu ada. "Ayo kita ke aula, semua orang ada di sana!" kata Ludy mengingatkan alasan mengapa kami kembali ke sekolah kami.

Aku menggelengkan kepala. "Kamu pergi dulu saja! Aku masih ingin ada di sini sebentar. Akan segera ku susul kau nanti"

Ludy mengerutkan keningnya seolah berusaha membuatku berpikir ulang.

"I won't miss the party, darl" kataku meyakinkannya.

Ludy lalu pergi meninggalkanku sendiri. Ku lihat dia kembali menengokkan kepalanya sebelum berbelok diantara lorong-lorong kelas. Dia mungkin khawatir padaku yang memiliki kenangan sentimental disini. Di tempat ini.

Di tempat inilah terakhir kali aku melihatnya sebelum terbang ke Paris. Tanpa memberitahunya bahwa aku akan pergi ke sebrang benua, tanpa memberinya salam perpisahan. Aku terlalu pengecut membayangkan janji-janji untuk selalu bersama yang akan kami lontarkan lalu pada akhirnya hanya akan menjadi sebongkah omong kosong karena kita tak bisa bertahan dengan jarak yang membentang.

Dulu, ya dulu ...

"Vigar ..."

Sebuah suara mengagetkanku. Memaksaku untuk melihat ke arahnya. Sebuah sosok pria dewasa, dibalut kemeja slim-fit berusaha menyembunyikan otot-otot padatnya.

"Kau --- kapan pulang?"

Aku menatapnya terpana, memuja. tatapan yang ternyata tak berubah meski telah bertahun-tahun berlalu.

"Kau tampak cantik, selalu terlihat cantik. Jadi, dengan siapa kamu kesini?" tanyanya lagi sambil melangkahkan kaki mendekati kolam yang dulunya ada air mancur disana.

Aku menarik nafas. Menarik bibirku membentuk sebuah senyuman yang dipaksakan. Memangnya siapa yang akan datang kesini bersamanya?

"Aku hanya datang sendiri, kamu? Bagaimana denganmu?"

"Akupun datang sendiri, karena kekasihku sedang pergi"

Tiba-tiba saja perutku terasa melilit. Kekasihnya dia bilang?

"Sayang sekali. Kemana dia pergi?"

Dia menarik nafas dalam-dalam. menatap patung penari bali yang dulu memancurkan air dari tangannya. "Dia pergi tanpa memberi tahu bahwa dia akan pergi. Aku datang kesini hanya karena mungkin saja dia kembali ke tempat ini, tempat terakhir kami bertemu"

Aku menatapnya tanpa kedip.

"Aku merindukanmu, Vi"

Comments

Popular Posts