Perjalanan Sebuah Cerita Baru

Aku tahu---

Seharusnya aku lupakan saja orang yang sudah mencampakkan aku. Orang yang tanpa perasaan meninggalkan aku untuk wanita lain. Tapi aku tidak bisa melakukannya. Meski otak ku cukup pintar untuk menganalisa bahwa bersikukuh menantinya, mencintainya, atau bahkan mendambakannya kembali adalah sebuah keniscayaan, aku tak mampu mengenyahkannya dari dalam hatiku.

Terkutuklah dia---

Yang sudah mencuri hatiku, menyembunyikannya, lalu saat dia tak lagi menyukainya, dia hancurkan dengan semena-mena! Dia memang orang yang kurang ajar! Bukankah dia bisa mengembalikannya jika sudah tidak suka? Mengapa dia memilih untuk menghancurkannya dengan sebuah gada?

Aku tak bisa lagi ada disini---

Kota ini terlalu menyakitkan, menyimpan terlalu banyak kenangan. Jadi aku putuskan untuk pergi dari sini, dengan tanpa pikir panjang, setelah sebulan aku berkeluh kesah sendirian, aku membeli tiket kereta, tak peduli kemanapun kereta itu menuju, aku membeli tiketnya, tiket kereta keberangkatan pertama.

Menuju Yogjakarta---

Kota asing yang tak pernah aku datangi seumur hidupku. Buat apa pula aku pergi kesana jika ibu kota, sebagai kota metropolitan sudah menyediakan semuanya, rumahku, pendidikanku, tempat rekreasiku, pekerjaanku. Tapi kota yang tak pernah aku kenal ini seolah berlaku baik padaku. Mau membukakan pintunya untukku yang butuh sebuah pelarian dari sebuah cerita kelam.

Di dalam kereta---

Matahari senja, menerobos masuk lewat celah tirai. Menggeletik mataku yang berat dan sembab, terpejam, tertidur dengan tetap memimpikan diri ini dalam rasa duka. Dengan malas aku membuka mata, hanya untuk sekedar melihat, perjalanan ini sudah sampai dimana.

Panorama itu---

Pemandangan yang memanjakan mata terbentang, membuatku terkesima. Inikah kehebatan Yang Maha Kuasa? Bagaimana bisa ada hati yang luka jika keindahan seperti ini ada, nyata, tepat di depan mata? Apakah aku terlampau begitu bodoh membiarkan rasa sakit ini begitu menyiksa padahal di di luar sana, Sang Kuasa menawarkan dunia yang patut aku puja.

Aku percaya---

Lukaku ini tak seberapa. Cuma patah hati karena cinta, karena aku masih terlalu muda, terlalu awam tentang rasa yang telah membuatku buta. Tuhan itu ada, selalu menjadi penjaga, begitu sayang dengan semua makhluk ciptaannya. Bukankah Dia tak akan memberikan musibah diluar kemampuan hamba-Nya? Sudah barang pasti, aku bisa bertahan dengan luka ini dan bisa sembuh dari rasa duka.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Comments

Popular Posts