Pertanyaan Pagi

Ada apa dengan tweet-mu pagi ini? Tak ada sapaan kepada tweeps, tak ada kesyukuran atas mentari pagi. Kamu tidak seperti biasanya. Kenapa? Ada apa denganmu? Sedang marahkah dengan seseorang? Ataukah kamu sedang marah padaku? Baiklah ... aku sepertinya mengkhayalkan bahwa aku adalah seseorang yang sangat spesial dalam hidupmu meski dalam kenyataannya itu sama sekali tidak pernah terjadi. Tapi bagaimana bisa aku beranggapan bahwa kau sedang marah padaku jika dalam tweet-tweet itu sepertinya membahas tentang kita berdua?

Ya, membahas kita berdua!

Kita pernah dekat. Bagaimanapun versimu, bagiku kita pernah sangat dekat. Kita sering kali berkirim pesan hingga larut malam. Paling aktif mengomentari update BBM yang masing-masing dari kita. Kita pernah menghabiskan malam panjang, makan berdua dan membicarakan banyak hal. Membicarakan hal-hal yang jarang sekali dibicarakan dengan seorang kenalan pada umumnya. Membicarakan kebiasaan di rumah, kehidupan sehari-hari, kegiatan di kampus, aksi sosial, mimpi, bahkan tentang cinta pertama. 

Jujur saja, kau membuatku jatuh cinta. karena setiap perhatianmu, setiap tutur katamu, setiap motivasimu membuatku merasa bahwa aku 'bisa'. Kau selalu bisa menopang hidupku ketika aku merasa bahwa hidupku terlalu berat, kuliah ku terlalu padat, kegiatan sosialku terlalu menyita waktuku dan lain-lain. Kau selalu bisa meyakinkanku bahwa aku bisa menghadapi semua itu.

Dan beberapa kali aku mendengar bahwa kau mengharapkan aku menjadi kekasihmu. Sungguh tiap kali kau mengatakannya, meski dengan gaya yang santai dan tak romantis, permintaanmu itu selalu membuat jantungku berdegup tak menentu. Aku tak yakin degupan seperti itu apakah baik untuk kesehatanku atau tidak, tapi yang pasti: aku menyukainya.

Aku menyukai kenyataan bahwa kau menyukaiku, dengan segala kekuranganku, dan rahasiaku yang pernah aku ceritakan padamu. Tapi bukan berarti aku bisa menerimamu begitu saja. Bukan karena aku seorang pemilih, bukan karena ada yang kurang dengan mu, atau membandingkanmu dengan yang lain. Tapi karena AKU. AKU merasa bahwa aku tak pantas untukmu, dengan segala kekuranganku, dan rahasiaku yang pernah aku ceritakan padamu.

Itulah mengapa aku mulai mengurangi intensitasku mengomentari updates BBM-mu, menahan diri untuk berkeluh-kesah kepadamu; pendek kata aku mulai membuat jarak denganmu. Aku ingin mengikis perasaan suka ini padamu. Aku berharap bahwa perasaan suka ini bisa hilang seiring berkurangnya perhatian yang aku dapatkan darimu. 

Tapi aku harus mengakui, setiap hari aku merindukan energi positifmu. Tetap memperhatikan setiap perubahan update BBM mu. Aku bahkan secara rutin  mulai membaca setiap tweet-mu. menyerap tenaga untuk aku gunakan setiap harinya. Namun tweet-mu pagi ini buatku terpana. Kau singgung-singgung tentang perasaan yang aku coba hilangkan melalui salah satu tweet-mu: Jangan pernah kamu tutupi perasaanmu. Karena meskipun mulutmu mampu untuk berkata tidak, matamu tak akan bisa menutupinya.

Aku pun membaca yang lainnya,  

Saya belajar Utk mengerti Bahwa.. saya tdk dpt memaksa org lain utk mencintai saya.. Saya hanya dpt melakukan sesuatu utk org yg saya cintai

Masih mikirin mantan? Emangnya mantan itu pahlawan, tiap hari harus dikenang? Move on Woi!!

Ya! tapi bukan untuk mengharapkannya kembali. Dia adalah sebuah pelajaran yang berharga bagiku.

Jika kamu marah padaku karena aku menjaga jarak dengan mu, dan kamu berfikir aku masih mengharapkan seseorang yg pernah mencampakan aku untuk kembali, kamu salah besar. Kamu sepatutnya tahu benar bagaimana perasaanku kini.

***

Sebenarnya pada siapa tweet-tweet itu kamu tujukan? 



Credit: 
Bunch  of thanks was dedicated to Gumi 
who inspired me to write this.
He is an adorable person with low profile,
"glad to know you, 
I'd love to hang out with you just to listen what you've done"
His tweets sometime hit the bull's eye 
and his tweets in #bacotgue that I was quoted in this prose.

Comments

Popular Posts