Koesma dan Soemah

Gina Kecil mengetuk-ngetukan ujung pensil di atas buku tulisnya. Ada sepuluh pertanyaan disana, dan hanya ada satu pertanyaan yang belum terjawab. Gambarkan pohon silsilah keluargamu dari kakek-nenekmu!

Pertanyaan itu sulit. Sangat sulit bagi Gina kecil yang tidak tahu nama kakek-neneknya yang tinggal di pegunungan sana.

Gina berusaha keras mengingat-ngingat apa nama kakek-neneknya yang selama ini membesarkan dia. Okay, jujur saja dia tidak ingat. Tak jadi soal tentang masalah ini, toh pada kenyataannya dia bisa saja bertanya pada ibunya sendiri. Tapi masalahnya pertanyaan ini harus bisa dia jawab di sekolah, dimana dia tidak bisa bertemu dengan Ibunya dan menanyakan nama Kakek dan Neneknya. Jadi Gina Kecil mulai mengarang sepasang nama. Amin dan Neni. Nama yang terpilih untuk menggambarkan kakek-neneknya dari pihak ibu.

Bagaimana dengan kakek-neneknya dari pihak Ayah? Diapun sama sekali tidak tahu. Dia kembali mengarang sepasang nama. Membolak-balik buku teks Bahasa Indonesianya dan mencomot nama yang dirasa cocok olehnya.

Setelah empat nama dia pilih untuk kakek-neneknya, dia beralih ke nama anak-anaknya,

Okay, dia tahu nama orang tuanya. Dodo dan Eeng. Bagian ini mudah sekali.

Nama adik ibunya: Ade dan Nana, ditulis dengan lancar tanpa ragu.

Tapi, bagaimana dengan nama saudara-saudara ayahnya? Dia bahkan tidak tahu pasti ayahnya anak keberapa. Gina Kecil kembali berfikir, Dia tahu beberapa orang adiknya, Cicih, Maman, Ono. Tapi apakah hanya mereka adik Ayahnya?

Lalu bagaimana dengan Bapak Ageung, Ua kaler, Ua Momoh atau Ua Pendi yang sering dia sapa selama ini. Apa hubungan mereka semua dengan ayahnya?

Waktu terus berputar. Beberapa temannya telah maju kedepan, mengumpulkan hasil pekerjaan mereka, tapi Gina Kecil masih saja berjibaku dengan pertanyaan yang sama.

Dia hampir saja menangis.

Tapi ide jenius itu tiba-tiba muncul. Ibu guru tidak tahu sama sekali tentang keluargaku. Yang dia inginkan adalah bahwa aku mengerti susunan keluarga ini. Dia kembali mengarang jawabannya.

Dia menuliskan, ayahnya sebagai anak pertama, Ono, Maman dan Cicih sebagai adik-adiknya.

Membuat garis penghubung antara Eeng dan Dodo, lalu membuat garis ke bawahnya menghubungkannya dengan namanya sendiri dan nama adiknya, Bayu.  Dia lalu berlari ke depan kelas dan mengumpulkan hasil pekerjaannya.

Seminggu berlalu. Saat Gina Kecil mengunjungi neneknya dari pihak ibu, Gina membaca dua buah kata yang diukir indah diatas papan kayu di depan rumah neneknya. Koesma & Soemah.

Dia bertanya-tanya tentang dua kata itu dan bertanya pada ibunya.

"Bu, Koesma dan Soemah itu apa?"

"Itu kan nama Abah sama Ema"

Gina Kecil teringat nama kakek nenek yang dia tuliskan pada buku nya: Amin dan Neni. Semoga ibunya tidak menemukan hasil karangannya itu.

***


Meskipun Ibu selalu memeriksa buku pelajaran Gina, dia tidak pernah menemukan kertas halaman pertanyaan tersebut karena Gina Kecil merobek halaman itu dan membuangnya.

Kisah ini nyata dan terjadi padaku. Pastikan saja saat kalian punya anak nanti, kalian menjelaskan silsilah keluarga kalian pada anak-anak kalian

Comments

Post a Comment

Free to speak up is still under circumstances, no violence

Popular Posts