Apa Mau Ku? Apa Mau Mu

Kamu dan Aku, biasanya menjadi Kita. Tapi saat kau tanya apa inginku, selalu saja jawabannya adalah apa inginmu.
~gina

Kamu mengetuk-ngetukan sol sepatumu pada lantai yang keras. Aku tahu, kamu kesal menungguku. Tanpa melihat ekspresi marah di wajahmu itu, aku tahu wajahmu memerah menahan amarah. Tak perlu menghardikku, tatapanmu nanti akan mencambukku karena aku bersalah, membuatmu menungguku.

"Maaf membuatmu menunggu, kamu mau pesan apa? biar aku yang pesankan makanannya!"

Matamu menatapku nyalang. Ada api disana. 

"Kau sebaiknya berhenti mengikuti kegiatan klubmu yang tak pernah bisa membuatmu punya waktu untuk dirimu sendiri!" 

Aku malas memperdebatkan hal yang sama denganmu sayang, jadi aku putuskan untuk menyunggingkan senyuman terbaikku dan bangkit berdiri. "Aku pesan makanan sekarang ya! Kamu mau pesan yang biasa kan?"

Aku tak akan menunggu jawabanmu. Aku tahu, tak akan menjawabnya, lebih memilih tenggelam membalas chat-chat yang sudah memenuhi smartphone mu.

Sepuluh menit kemudian, aku sudah kembali dengan nampan ditangan. Diatasnya ada dua piring makan siang. Tanpa sepatah kata, tanpa ucapan terima kasih, kau segera menghabiskan makan siangmu, bahkan sebelum aku menghabiskan separuh bagian dari porsi yang ada di atas piringku.
Detik berikutnya, kau akan menghabiskan air dalam gelasmu. Setelah menarik nafas dalam, kau akan meninggalkanku sendiri disini. Puluhan kali kita berjanji makan bersama disini, ratusan alasan kau utarakan untuk meninggalkanku sendiri.

"Aku harus pergi lebih dulu. Harus menemui dosen pembimbing skripsiku!"

Sudahlah, tak perlu banyak alasan. Aku mengenalmu sayang, pergi saja. Tak perlu banyak berbohong. Kau tak suka tempat ini yang kau bilang kumuh, dan tidak higienis.

"Kalau saja tadi kamu datang lebih cepat, aku bisa berlama-lama denganmu" 

Aku kembali tersenyum ke arahnya. Aku harap senyumku cukup meyakinkannya bahwa aku baik-baik saja. Biar dia segera pergi. Biar saja aku merasa sepi di tengah kerumunan begini.

***

"Aku tahu kamu suka mengajar, aku tahu kamu suka anak-anak! Tapi apa harus kamu menjadi guru relawan di kolong jembatan?"

Kembali memperdebatkan hal yang sama. Kesukaanku, hobiku, passion-ku.

"Kamu bisa mengajar di lembaga bimbingan belajar. Lebih normal, higienis, aman!" 

Dadaku bergemuruh menahan amarah yang akan meledak. Tak ada sedetikpun dia berikan untukku untuk sekedar membela diri.

"Aku punya kenalan yang bekerja di tempat bimbel. CV-mu sudah aku berikan. Kau bisa interview besok jam 3 sore!"

"Aku tak akan datang. Besok aku harus mengajar!"

"Di kolong jembatan? For God sake! Aku mendukungmu untuk menyalurkan hobimu, hanya satu pintaku, lakukan di tempat yang aman!"

"Heaven, mereka anak-anak yang bersemangat belajar tanpa bisa memilih dimana mereka bisa bersekolah. Semangat mereka membuat aku cinta. Apa kau tega membiarkan mereka begitu saja?"

"Kau cinta mereka? Bagaimana dengan cinta padaku?"

"Kau hanya membuat semua ini semakin sulit. Cinta pada mereka dan padamu berbeda!"

"Tidak! Kau harus memilih, pilih aku atau mereka?"

Air mulai menggenang di pelupuk mataku. Tidak, aku tidak boleh menangis dihadapannya.

"Selama ini aku selalu berusaha sabar mengikuti maumu, tapi kau tak pernah mengerti! Di luar sana, ada banyak gadis yang mau denganku, dan mereka sejalan dengan pemikiranku. Tapi aku memilih bertahan denganmu, mengikutimu. Dan sekarang, saat aku memintamu untuk memilih, kau bahkan tak memilihku"
"Jika kau pikir begitu, sebaiknya memang kita tak usah bersama lagi! Kita tak sejalan, kau baiknya bersama gadis-gadis yang MAU DENGAN MU DAN SEJALAN SENGAN PEMIKIRANMU!"
"Apa kau bilang? Setelah semua yang kulakukan untukmu, kau melakukan ini padaku?"

"Lakukan apa? Lakukan semua inginmu? Aku pernah ingin melihat bintang, mauku naik gunung dan menatap bintang disana, tapi kau lebih senang membawaku ke puncak, melewatkan malam dengan terjebak macet di jalan dan akhirnya kepayahan tidur semalaman. Aku pernah ingin berenang, mauku berenang di antara ikan dan terumbu karang, tapi kau memilih membeli tiket terbang ke Bali, jalan-jalan di pertokoan, duduk di tepi pantai dan berenang di kolam hotel. Inginku selalu berakhir dengan inginmu!"

***

Aku tahu aku cinta padamu, ku percaya, kau pun mencintai aku. Kita saling mendukung dengan cara yang tak bisa diterima oleh masing-masing dari kita, jadi buat apa lagi kita bersama?

Comments

Popular Posts