Selamat Ulang tahun 12 Oktober!
Yang aku suka adalah 'saat malam'. Sebuah waktu yang diciptakan Tuhan agar
hambanya dapat beristirahat, melepas lelah setelah seharian bekerja. Tapi sejujurnya,
kebanyakan orang disini tidak benar-benar beristirahat saat malam tiba. Jalan-jalan
raya masih dipadati kendaraan beroda, dan hingar bingar suasana terasa hingga
dapat memekakan telinga. Dan bisa jadi aku adalah salah satu hamba Tuhan yang
menyukai malam bukan karena itu juga. Aku menyukai malam karena alasan yang berbeda. Bukan untuk berhura-hura sebagai penghilang penat belaka. Aku menyukai malam karena malam
berarti langit gelap, dan langit gelap dimana-mana sama.
Tiga tahun lamanya aku tinggal di kota asing ini. Sudah tiga tahun dan aku
masih merasa bahwa aku tak pernah bisa menjadi bagian dari kota metropolitan
ini. Sering aku mengutuki kenyataan bahwa lagi-lagi aku harus lembur malam ini.
Aku mulai menginginkan kehidupan sederhanaku di rumah. Rutinitas monoton
membantu ayah di toko serta duduk-duduk di teras saat mentari kembali ke
peraduannya. Dan setiap kali aku merindu hal itu, langit gelap inilah yang
berhasil membuatku nyaman, tak merasa terasing di tengah keramaian.
Satu fakta lain yang aku suka dari malam. Malam adalah waktu dimana aku
bisa melihat sosok dia yang begitu menawan. Kami akan berada di coffee shop
ini, Dia duduk di sebuah meja dekat jendela dan aku duduk di ujung satunya. Dari
tempat ini aku bisa memandanginya tanpa takut ketahuan olehnya.
Aku terkagum-kagum melihat sosoknya. Berbadan tegap tinggi dengan kulit
kecoklatan. Rambutnya dipotong pendek rapih, dan terkadang dia menggunakan gel
rambut untuk membuatnya tak membosankan. Aku selalu menebak-nebak tentang apa pekerjaannya,
apa hobinya, dari mana dia berasal. Permainan tebak-tebakan inilah yang menjadi
favoritku karena selama aku mengaguminya, aku tak pernah tahu namanya. Jangan
harap aku tahu nomor teleponnya.
Dia akan memesan secangkir americano. Duduk dengan santai sambil mengotak-atik gadgetnya. Lalu saat pesanan americano-nya datang, dia akan menyeruputnya sekali. tangannya akan meraih sebuah buku bersampul kulit. dia akan menuliskan sesuatu disana. menuliskan sesuatu yang aku tidak ketahui. Ha, ini gila. sebenarnya aku tak tahu apa-apa tentang dia.
Satuhal yang pasti. Dia lahir di tanggal 12 Oktober. Aku mengetahuinya
karena secara tidak sengaja aku melihat karyawan coffee shop yang memberinya
sebuah red velvet mini sebagai bentuk kepedulian coffee shop kepada membernya
pada tanggal kelahirannya. Dan mengetahui informasi penting ini membuatku girang bukan kepalang. aku bahkan menandai setiap tanggal 12 Oktober di setiap kalender yang aku miliki sebagai tanggal paling penting dalam hidupku.
Hampir seminggu ini, aku tak bisa mengunjungi coffee shop dan menikmati
sosok yang kukagumi. Aku terpenjara dalam sebuah ruangan putih, dengan dekorasi
monoton yang juga berwarna putih. Sesekali gadis-gadis muda datang menghampiri secara bergantian,
menanyakan kabarku, mengecek tekanan darahku, memberikan makananku dan
memastikan aku menenggak habis pil-pil yang disodorkan padaku.
Malam memang satu-satunya yang bisa membuatku mencoba tegar meski sakit
seperti ini tak ada satupun kerabat yang menjagaku. Dan yaa, aku sedikit berbahagia karena malam ini sangat spesial bagiku. Malam
ini tanggal 12 Oktober, aku sedang merayakan ulang tahunnya. Sendiri. Dengan red velvet
mini dan americano kesukaannya yang dikirimkan oleh coffee shop seperti
pesanku. Sambil menatap langit gelap melalui jendela aku membayangkan sosok
dirinya sambil bergumam "Selamat ulang tahun 12 Oktober".
Comments
Post a Comment
Free to speak up is still under circumstances, no violence