Bus Ekonomi


Ini pengalamanku naik bus ekonomi jurusan Kuningan-Jakarta.
Jangan pernah bertanya bagaimana rasanya naik bus itu. Cukup baca secara lengkap entri postingan ini dan kamu bisa menyimpulkan sendiri bagaimana rasanya.

Dari berbagai jenis options alat transportasi yang bisa aku gunakan dari Kuningan ke Jakarta dan sebaliknya, bus ekonomi adalah pilihan terburuk dari segala pilihan yang ada. Pengemudi ugal-ugalan, mengemudikan bus dengan kapasitas gigantic ini seperti kesetanan. dia bisa saja menaikan separu badan bus ke trotoar hanya agar tetap bisa melaju dalam kemacetan parah. Ide para pengemudi ini tak kalah gila dengan nekat menerobos menggunakan jalur arah yang berlawanan hanya agar dia dapat terus melaju disaat semua kendaraan lain tersendat karena macet. Ditilang polisi yang diakhiri dengan perampasan STNK, tak membuat para pengemudi ketakutan. Seperti semua itu hanyalah kerikil kecil yang dapat dengan mudah dilindas roda bus.

Full rokok, tentu saja. Entah kenapa orang-orang yang mengaku bahwa mereka tidak mampu, suka sekali membakar uang mereka dengan melintingnya dan menghisap asapnya. Tindakan bodoh, tidak bijak. mereka merasa kepanasan dalam bus ekonomi, mengeluh atas hujan yang tak kunjung turun tapi mereka MEROKOK sepanjang jalan. Tolol. Super Tolol. Dan yang lebih bodoh lagi adalah, mereka tetap saja merokok meskipun bus berada di SPBU. Hanya karena faktor Kemurahan Hati Tuhan yang menyebabkan mereka masih hidup hingga sekarang.
Tak pernah jelas sebenarnya berapa kapasitas bus ekonomi ini. Yang pasti, semua orang yang melambaikan tangan di pinggir jalan akan selalu mereka tampung dan mereka jejalkan kedalam bus, bersama para penumpang yang sudah kepayahan lainnya. Full

Mengenai tarifnya, tentu saja lebih ekonomis dibandingkan dengan jumlah uang jika menggunakan alat transportasi lain, hanya saja perlu kalian ingat bahwa mereka tidak punya tarif yang tetap. Kau hanya perlu membayar bus ini sebesar yang bisa kamu tawarkan padanya.

Apa kamu mengerti maksudnya?

Eheeemmm ...

Bayangkan kamu sedang berada dalam bus ekonomi. Tentu kamu sudah mencari tahu berapa ongkos yang harus kamu bayar, namun pada prakteknya, saat sang kernet / kondektur menghampirimu, mereka akan memberikanmu karcis dengan harga yang sangat fantastis. Sangat fantastis untuk ukuran bus ekonomi tanpa AC, gelap, pengap, full asap rokok dan full dangdut. Pada dasarnya kernet dan pengemudi bus ekonomi (kebanyakan) adalah preman terminal. Mereka akan berusaha memalak kamu dengan dalih ongkos naik bus. 
Bayangkan saja, aku biasa naik bus ekonomi semacam ini Kuningan-Jakarta dari tol Cikopo seharga 30 ribu on top, dan mereka akan memberikanku karcis dengan tarif yang tertera disana sebesar 50rb (bahkan aku pernah dapat yang harga karcisnya 100 ribu). Jangan terlalu lugu untuk membayar sesuai dengan tarif yang tertera. Biasanya aku dengan wajah jutek bilang: "Apaan nih? biasanya juga 25!", dan si Kernet akan dengan cuek bilang, tarifnya 50 ribu neng!"

Jangan takut dengan premanisme kelas kecil begini. Aku biasanya bilang, "Naik bus AC aja ongkosnya 35rb, apaan ini sekarang mintanya 50rb. 25 ribu bang!"

Biasanya klo udah begini, dia bakalan males buat gontrot-gontrotan, takut kedengeran penumpang lain. Jadi dia bakalan minta tambahan 5 ribu lagi, lalu dia pergi.

Sejujurnya, tarif 30rb yang aku sebutin ini masih termasuk katagori mahal loh mengingat beberapa penumpang lain yang pernah aku ajak ngobrol biasanya mereka bayar 20-25 ribu saja. Tapi, coba pikirkan, bayar lebih mahal dari orang lain dan masih bisa sampai ke tempat tujuan dengan selamat saja sudah sebuah karunia yang sangat besar untuk saya pribadi. 

Tapi bukan berarti bus ekonomi jelek se jelek-jeleknya.
pas naik kelas ekonomi semacam ini, kita punya kesempatan untuk lebih ingat pada YME, sepanjang jalan akan berdoa, mengharapkan keamanan dan keselamatan. Sepanjang jalanpun bisa bersyukur bahwa kita punya kehidupan yang lebih baik (in term of comfort and safety) dibandingkan dengan tukang asongan dan pengamen yang bisa kita temui jika naik bus ekonomi. Kitapun bisa beramal karena kadang ada beberapa orang yang meminta kita bersedekah, meskipun tidak jelas apakah permohonan sumbangan itu benar adanya atau tidak. Naik bus ekonomi seperti inipun bisa memotivasi kita untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Aku selalu berfikir, jika aku sudah mulai bekerja nanti, aku pantas mendapatkan yang lebih baik dari sekedar bus ekonomi.


So,
Bisa ambil kesimpulan sekarang bagaimana rasanya naik bus ekonomi.
Kita ga bisa judge bagaimana rasanya tanpa ada limitation. jika membatasinya dengan fasilitas yang dimiliki oleh bus ekonomi, tentu saja jawabannya 'ga enak'. Tapi jika melihat faktor lain yang bisa membuka sisi positifnya, naik bus ekonomi bisa memperkaya hati kita. Membuat kita lebih dekat dengan Tuhan karena sepanjang jalan akan berdoa meminta keselamatan dan sepanjang jalan akan bersyukur dengan segala karunia yang telah Dia berikan kepada kita.

Yang perlu kita lakukan untuk bus ekonomi ini adalah merawatnya. Setidaknya penumpang tidak membuang sampah di dalam bus, tidak merokok. Bus ini akan sedikit lebih nyaman. Tunjukan bahwa ekonomis bukan berarti tidak nyaman. Buktikan bahwa minim fasilitas bukan berarti tidak aman.

Semoga saja ada penumpang bus ekonomi yang membaca postingan ini.

Comments

Popular Posts