Being Trainer, Trained

Sudah lama aku tidak bercuap-cuap disini.
Bisa dibilang aku cukup sibuk akhir-akhir ini.  Sibuk menulis skripsi, sibuk mempersiapkan Kongres Nasional dan yang terbaru adalah menjadi trainer di green ambassador kampus.

Aku merasa beruntung bisa bergabung di organisasi luar kampus. Beberapa orang percaya bahwa aku punya kemampuan lebih dan punya wawasan lebih karena itu. Hingga akhirnya beberapa hari yang lalu, seseorang mengirimi message, meminta aku untuk menjadi trainer di acara green ambassador.

Keterlibatan aku di Koalisi Pemuda Hijau Indonesia (KOPHI) di divisi R&D memberikan  kepercayaan diri bahwa aku bisa menjadi trainer di acara tersebut. Sehingga aku meng-iya kan permohonannya. Sedetik ketika aku mendapat tawaran itu, ada beberapa materi yang dirasa cocok untuk dibawakan di acara training tersebut. Aku hanya perlu memastikan bahwa materi yang akan dibawakan diteririma oleh panitia. Setelah mereka bilang 'oke' akhirnya aku buat rincian materinya.

Selidik punya selidik, ternyata beberapa finalist yang akan mengikuti training ini berkewarganegaraan Vietnam. Alih-alih aku membuat materi yang cukup berbobot, aku malah berusaha membuat materi tidak tampak membosankan jika dibawakan dalam Bahasa Inggris. 

Sejujurnya, sudah hampir 1 tahun aku tidak menggunakan bahasa internasional ini. Kecuali untuk presentasi internship tengah tahun ini dan untuk sekedar chat dengan John, 'green-advisor' -ku di waktu senggang. Terakhir kali, ketika aku diundang untuk menjadi pembicara di salah satu acara UN, (yang dengan bodohnya aku hanya membuat persiapan ala kadarnya), menurut aku pribadi, hasilnya cukup kacau karena tiba-tiba saja aku harus menjadi pembicara dalam bahasa Inggris (karena datang pula se-kompi UN officers + beberapa international foundations, macam Ford-Fondation). Aku punya kesempatan 5 menit berbicara di atas panggung untuk menjelaskan bahwa kami KOPHI, mendukung penuh acara UN tersebut. Namun dengan kemampuan Bahasa Inggrisku yang tiba-tiba menghilang, menguap ke negeri antah berantah, what I did was acting like a comedian on the stage. *jleeeeb. Saat itu juga aku berharap, seseorang meledakkan ruangan itu, lalu aku mati syahid. Tapi tentu saja tak ada ledakan bom disana, (beruntung) yang ada adalah ledakan tawa dan gemuruh tepuk tangan dari orang-orang yang merasa terhibur dengan ke-gugup-an ku diatas panggung. Meskipun se-usainya acara ini aku akhirnya mendapat pujian dari beberapa UN officer (yang mengatakan, your presentation is amusing. Finally I could laughed in this event, I love it, let's exchange our card), dan mendapatkan interview dari beberapa journalist. For the record, It was launched streaming. Comedian me can be watched through internet connection. Benar-benar mati aku.


Dan aku tidak ingin semua itu terulang kembali.

Belajar dari pengalamanku yang terdahulu, kali ini aku menyiapkan materiku sebaik-baiknya. Terlebih lagi, John mungkin akan datang dan mengikuti training tersebut. Aku tidak ingin kehilangan muka-ku didepannya. Maka aku siapkan semua yang aku butuhkan dengan sebaik-baiknya termasuk beberapa lelucon dan games menginat tenyata kebanyakan orang cepat bosan mengikuti training yang berisi 'only-talk'

Lalu acarapun dimulai,

Namun tak ada tanda-tanda John datang. Setelah aku ingat-ingat, dia sedang berada di luar negeri sekarang.

Tapi bukan berarti bebanku untuk membawakan materi dalam bahasa Inggris berkurang. Peserta dengan kewarganegaraan Vietnam itu datang lebih cepat. Artinya, dia telah menunjukan keseriusan dalam mengikuti training ini.

Akupun harus serius bukan.

Menyampaikan materi dengan diselingi beberapa jokes dan beberapa pertanyaan membuat session itu menjadi lebih interaktif. FYI, anak vietnam itu sepertinya benar-benar berniat untuk mengikuti acara training itu. Dia benar-benar memperhatikan, dia menjawab setiap pertanyaan, dia mengajukan pendapat, overall dia cukup aktif mengikuti pelatihan ini. Aku menyayangkan anak-anak Indonesia yang kurang aktif dan bahasa Inggris mereka kalah dengan Vietnamese itu. Padahal mereka sama-sama mother-tongue non-english, tapi qualitas english nya berbeda cukup jauh.

Memiliki kesempatan menjadi trainer dalam acara ini membukakan sebuah pemahaman baru untukku. Tak ada kata berhenti untuk belajar.  Aku cukup percaya diri dengan bahasa Inggrisku pada awalnya, namun dengan hampir 1 tahun aku jarang sekali menggunakannya, sepertinya aku mulai kehilangan ability ku. Aku harus terus belajar; jangan berhenti untuk berlatih bahkan untuk sesuatu yang telah kita kuasai sekalipun.


Comments

Popular Posts