Bahagia Itu Murah

The old says, "Happiness is Cheap"
Pernah dengar ungkapan itu?
Klise memang. Namun itu ada benarnya.

Aku pernah bercerita sebelumnya bahwa di rumah kami tak menonton TV. Bahkan televisi itu menjadi salah satu penghuni gudang kami sekarang. Lalu apa kesibukan kami disaat luang?
Kami menghabiskan waktu bersama.

MEMBACA bagiku adalah sebuah kegiatan yang sangat menyenangkan.sebuah hobi atau bahkan candu yang sulit aku tinggalkan. Semenjak aku kecil dulu, aku jatuh cinta pada buku cerita. Berharap bahwa suatu hari nanti, ketika aku punya rumah sendiri, akan aku buat sebuah kamar yang menjadi perpustakaan pribadiku.

Namun membaca bukanlah hanya menjadi hobiku, melainkan hobi seluruh anggota keluargaku. Kami bisa membaca Novel seharian hanya diselingi untuk minum dan beribadah. Di ruang keluarga kami, dimana dulu sekali, ada sebuah televisi di salah satu sisinya, kami berempat; Ibu, Abay, Aluh dan aku duduk di kursi, di atas karpet, di atas bantal biasanya akan membaca setumpuk komik dan novel yang kami pinjam untuk seminggu. Kami akan duduk, saling membisu, membaca buku yang ada di tangan kami. Sesekali kami akan berebut, memperebutkan buku yang sama, me-ranking siapa yang berhak membaca buku itu terlebih dahulu lalu kami akan kembali disibukan oleh buku yang ada di tangan kami.

Selain membaca, kami suka sekali menonton film.
Bukan menonton televisi, tapi menonton film.
Kami tak pergi ke bioskop untuk melakukannya. Bioskop tak ada di kota kecil kami. Kami harus pergi menempuh paling cepat 45 menit perjalanan pergi ke kota tetangga hanya untuk menonton 2 jam film --- terlalu menghambur-hamburkan uang dan waktu kami. Jadi kami lebih suka meminjam beberapa kaset DVD atau mendownload beberapa film di internet yang dapat kami tonton bersama.

Biasanya kami hanya nonton berempat.
Ayah tak mengambil bagian cerita untuk kebersamaan seperti ini. Beliau berada di luar kota yang jaraknya 4 jam perjalanan dari kota kecil kami. Beliau hanya pulang ketika weekend. Hanya bergabung ketika dia berada di rumah bersama kami.

Ini adalah 2 kegiatan rutin yang biasa kami lakukan bersama-sama. Dan kami bahagia menjalaninya. Tiap kali
kami para anak memiliki setumpuk komik di dalam kamar kami, keesokan paginya, komik-komik itu telah bertumpuk rapi di dalam kamar ayah-ibu. Mereka selalu tahu bahwa kami memiliki persediaan komik untuk dibaca dan mereka tidak mau ketinggalan untuk membaca apa yang kami baca. Film-film yang kami tonton selalu ada dalam pengawasan mereka. Kami menontonnya bersama-sama. Meskipun beberapa kali kami hanya memiliki film tanpa subtitle bahasa Indonesia (dan sebenarnya ibu selalu mengeluh jika kami harus menonton film tanpa subtitle), ibu akan tetap setia menontonnya melalui layar laptop bersama kami. Aku dan Abay yang berusia lebih tua dari adik kami: Aluh, cukup selektif memilih film yang akan kami tonton mengingat kami akan menontonnya dengan Aluh yang masih sekolah SD. Tapi ketika Aluh menginjak usia 13 tahun, kami cukup berani menonton bersama beberapa film box office dan dia cukup tahu diri untuk tidak melihat adegan-adegan yang tidak diijinkan oleh orangtuaku. Karena sekarang kami semua sudah cukup paham apa yang boleh dan tidak boleh untuk kami, ayah dan ibu kini berani meminta kami untuk mencari beberapa film yang sedang happening dan diberitakan oleh banyak orang.

Inilah kehidupan di rumah kami. Kami bahagia bisa hidup seperti ini. Aku bahagia menyadari kenyataan bawa kedua orangtua kami menerima apa kesukaan anak-anaknya dan tetap membimbingnya agar tidak melampaui batas. Bahagia bagi kami mudah

If the old said, happiness is cheap, then I reply
"Happiness is easy"

Comments

Popular Posts